Bahaya Minum Antibiotik Sembarangan

Jakarta / 07-Jan-2025

Obat antibiotik sering kali dianggap sebagai solusi cepat untuk berbagai penyakit. Namun, banyak orang yang belum memahami pentingnya penggunaan antibiotik yang bijak. Jika digunakan sembarangan, antibiotik justru dapat menimbulkan masalah besar, baik bagi diri kita maupun generasi mendatang.

“Antibiotik adalah senyawa obat yang dirancang untuk melawan mikroba, bukan tubuh kita,” kata Apt. Rahmat Hidayat, S. Farm., M.Sc. dalam Siaran Sehat di Radio Kesehatan Kementerian Kesehatan pada Senin, 25 November 2024.

Menurut Rahmat, antibiotik bekerja dengan cara membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroba seperti bakteri. “Misalnya, amoksisilin menghambat pembentukan dinding sel bakteri sehingga bakteri tidak dapat bertahan hidup,” kata dia. Namun, mekanisme ini hanya efektif jika antibiotik digunakan berdasarkan resep dokter dan sesuai dosis.

Penggunaan antibiotik yang sembarangan dapat menyebabkan masalah serius. Bakteri adalah makhluk hidup yang dapat beradaptasi. Jika penggunaan antibiotik tidak tepat, bakteri dapat mengembangkan kemampuan untuk melawan efek obat tersebut. “Inilah yang disebut resistansi antimikroba,” ujar Rahmat.

Resistansi antimikroba terjadi ketika bakteri menjadi kebal terhadap antibiotik. “Bayangkan, bakteri yang semula dapat dibunuh dengan antibiotik sederhana, kini membutuhkan antibiotik yang lebih kuat dan mahal. Bahkan, ada kemungkinan kita kehabisan pilihan obat di masa depan,” kata Rahmat.

Lebih buruk lagi, kondisi ini tidak hanya berdampak pada individu yang mengonsumsi antibiotik secara tidak tepat. Bakteri yang kebal juga dapat menyebar ke orang lain, lingkungan, atau bahkan generasi mendatang. “Jika kuman kebal masuk ke tanah dan menginfeksi cucu kita di masa depan, antibiotik mungkin tidak lagi efektif. Itu bisa menjadi ancaman nyata bagi kelangsungan hidup manusia,” kata Rahmat.

Resistansi antimikroba dapat terjadi bila orang tidak menghabiskan dosis obat antibiotik sesuai dengan resep atau menggunakan antibiotik tanpa resep sama sekali. “Jika antibiotik dihentikan terlalu cepat, mikroba yang belum mati akan berusaha untuk bertahan hidup sehingga mereka dapat mengembangkan kekebalan terhadap antibiotik,” kata Rahmat.

Ada beberapa sebab mengapa banyak orang menggunakan antibiotik secara sembarangan. Salah satunya adalah kurangnya edukasi tentang antibiotik. “Kurangnya edukasi menjadi masalah utama di Indonesia. Banyak orang tidak tahu bahwa penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat berbahaya,” kata Rahmat. Misalnya, beberapa orang cenderung berhenti mengonsumsi antibiotik begitu gejala penyakit mulai membaik, padahal itu justru membuka peluang bagi mikroba untuk mengembangkan resistansi.

Kemudahan akses terhadap antibiotik juga menjadi salah satu penyebabnya. Di beberapa tempat, antibiotik bisa didapatkan tanpa resep dokter, yang tentunya menambah risiko penyalahgunaannya.

Selain itu, antibiotik seperti amoksisilin memiliki efek samping yang tidak terlihat secara langsung sehingga masyarakat sering menganggapnya tidak berbahaya. “Karena efek sampingnya tidak langsung terlihat, orang-orang sering merasa bahwa mereka bisa menggunakannya kapan saja,” ujar Rahmat. Menurut Rahmat, beberapa antibiotik seperti gentamisin dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal dan telinga.

Agar antibiotik bisa bekerja efektif dan mengurangi risiko resistensi, ada beberapa hal yang harus diikuti. Pertama, antibiotik harus dikonsumsi sesuai dengan resep dokter. Durasi dan dosis antibiotik yang tepat sangat penting untuk memastikan semua bakteri penyebab infeksi dapat dibunuh secara tuntas. “Jangan berhenti minum antibiotik sebelum waktu yang ditentukan, meskipun gejala sudah hilang,” kata Rahmat.

Kedua, antibiotik harus disimpan dengan benar. Penyimpanan yang tidak tepat dapat menurunkan efektivitas obat. Menurut Rahmat, beberapa antibiotik perlu disimpan di suhu ruangan, sementara yang lain membutuhkan suhu dingin seperti di kulkas. “Pastikan selalu mengikuti petunjuk yang ada pada kemasan obat.”

Ketiga, jika Anda tidak menggunakan antibiotik lagi, pastikan untuk membuangnya dengan cara yang benar. Antibiotik yang dibuang sembarangan dapat mencemari lingkungan dan memperburuk masalah resistansi antibiotik. “Jangan membuang antibiotik ke toilet atau sampah biasa. Sebaiknya hancurkan terlebih dahulu dan campurkan dengan bahan lain seperti kopi atau tanah untuk mengurangi potensi disalahgunakan,” kata Rahmat.

Penggunaan antibiotik yang bijak adalah tanggung jawab kita bersama. Sebagai konsumen obat, kita harus menyadari pentingnya mengikuti anjuran dokter dan apoteker dalam penggunaan antibiotik. Sebagai tenaga medis, dokter dan apoteker memiliki peran vital dalam memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai bahaya penggunaan antibiotik yang sembarangan. 

“Penyalahgunaan antibiotik adalah masalah serius yang mempengaruhi tidak hanya diri kita sendiri, tetapi juga generasi masa depan. Mari kita bekerja sama untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya penggunaan antibiotik yang bijak,” kata Rahmat.

 

Sumber: TIm Redaksi Mediakom

KRING DOKTER
GERMAS : Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
Tanda Sakit Kepala yang Sudah Berbahaya
Waspada Benda Asing Tertelan Pada Anak





Radio Kesehatan adalah media elektronik berbasis streaming yang menjadi salah satu alat komunikasi masal paling penting yang dimiliki Kementerian Kesehatan RI karena mampu mengirimkan informasi seputar kesehatan yang akurat, kredibel dan terpercaya kepada masyarakat luas.


Alamat

Jl. HR. Rasuna Said, Blok X.5, Kavling 4-9, RT.1/RW.2, Kuningan Tim. Kota Jakarta Selatan. Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12950 WhatsApp: 0821-3636-2018 Email: [email protected]


Get in Touch


TV Kesehatan

© Radio Kesehatan Kemenkes. All Rights Reserved.