Angka kematian ibu hamil dan melahirkan di dunia masih tergolong tinggi. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 287.000 ibu meninggal pada 2020. Sebagian besar komplikasi yang terjadi selama kehamilan itu sebenarnya dapat dicegah atau diobati. Komplikasi lain mungkin sudah ada sebelum kehamilan, tetapi memburuk selama kehamilan, terutama jika tidak ditangani dalam perawatan prenatal yang tepat.
Menurut WHO pula, komplikasi utama yang menyebabkan hampir 75 persen dari semua kematian ibu adalah perdarahan hebat, terutama saat persalinan; infeksi, yang biasanya terjadi setelah melahirkan; tekanan darah tinggi selama kehamilan, seperti preeklamsia dan eklampsia; dan komplikasi saat persalinan. Komplikasi selama kehamilan biasanya dialami oleh wanita dengan kehamilan berisiko tinggi.
Kehamilan berisiko tinggi berarti ibu itu memiliki risiko lebih tinggi dari rata-rata komplikasi kehamilan. Kehamilan semacam itu dapat membahayakan kesehatan atau nyawa ibu, janin, dan keduanya. Kehamilan ini memerlukan pemantauan ketat untuk mengurangi kemungkinan komplikasi selama kehamilan maupun setelah melahirkan.
Kehamilan berisiko ini sering kali memerlukan perawatan khusus oleh tenaga kesehatan yang memiliki pelatihan khusus. Perawatan prenatal sejak awal yang teratur dan terencana telah membantu banyak wanita dengan kehamilan berisiko tinggi bisa menjalani kehamilan dan persalinan yang sehat tanpa komplikasi.
Menurut para peneliti di American College of Obstetricians and Gynecologists, kondisi kesehatan seperti hipertensi, diabetes, atau positif HIV dapat menyebabkan kehamilan berisiko tinggi. Orang dengan kondisi yang sudah ada sebelumnya juga memiliki risiko kesehatan yang lebih tinggi selama kehamilan. Beberapa kondisi itu antara lain autoimun, fibroid, penyakit ginjal, gangguan kesehatan mental, sindrom ovarium polikistik, autoimun (lupus atau multiple sclerosis), tiroid, dan gangguan pembekuan darah.
Ada beberapa hal yang menyebabkan kehamilan berisiko tinggi. Pertama, kelebihan berat badan atau obesitas. Penyakit ini dapat meningkatkan risiko hipertensi, preeklamsia, diabetes gestasional, kelahiran mati, cacat tabung saraf, dan persalinan caesar. Peneliti dari National Institute of Child Health and Human Development (NICHD) di Amerika Serikat menemukan bahwa obesitas pada ibu hamil dapat meningkatkan risiko masalah jantung pada bayi saat lahir hingga 15 persen.
Semakin berat seorang wanita saat hamil, semakin tinggi kemungkinan ia melahirkan bayi dengan cacat jantung bawaan. Risiko ini meningkat seiring dengan bertambahnya tingkat obesitas. Wanita yang mengalami obesitas sedang memiliki kemungkinan 11 persen lebih tinggi untuk melahirkan anak dengan kelainan jantung, sedangkan wanita yang mengalami obesitas berat memiliki kemungkinan 33 persen lebih tinggi.
Kedua, kelahiran kembar. Hamilton dkk., dalam laporannya di National Vital Statistics Reports yang diterbitkan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) pada 2014, menyebutkan bahwa risiko komplikasi meningkat pada wanita di Amerika yang mengandung lebih dari satu janin (kembar atau bayi lebih dari satu). Komplikasi yang umum terjadi meliputi preeklamsia dan kelahiran prematur. Lebih dari setengah dari semua bayi kembar dan sebanyak 93% dari bayi kembar tiga lahir pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu.
Ketiga, preeklamsia. Menurut WHO, preeklamsia harus dideteksi dan ditangani dengan tepat sebelum timbulnya kejang-kejang (eklamsia) dan komplikasi yang mengancam jiwa lainnya. Pemberian obat seperti magnesium sulfat untuk preeklamsia dapat menurunkan risiko wanita terkena eklamsia.
Keempat, faktor usia ibu, baik muda maupun tua, berpengaruh pada kehamilan. Menurut MedlinePlus, yang dikelola Medical Encyclopedia of National Library Medicine Amerika Serikat, pada 2022, kehamilan pada remaja berusia kurang dari 17 tahun dan wanita berusia 35 tahun atau lebih dapat meningkatkan risiko preeklamsia serta hipertensi gestasional. Terakhir adalah gaya hidup, seperti merokok, penggunaan obat-obatan terlarang, alkohol, dan paparan racun tertentu.
Faktor-faktor ini menyebabkan penyedia layanan kesehatan menyebut kehamilan Anda berisiko tinggi. Label ini tidak dimaksudkan untuk menakut-nakuti Anda. Sebaliknya, hal seperti ini adalah cara mereka mengenali dan mengidentifikasi potensi komplikasi guna menjaga Anda dan janin tetap aman selama kehamilan dan persalinan.
Meskipun demikian, banyak wanita yang mengalami kehamilan berisiko tinggi tidak mengalami masalah apa pun dan melahirkan bayi yang sehat. Namun, mereka mungkin berisiko lebih tinggi mengalami masalah kesehatan di masa kehamilan berikutnya atau dapat meningkatkan risiko pada anaknya.
Jika Anda baru saja mengetahui bahwa kehamilan Anda berisiko tinggi, Anda mungkin merasa cemas, khawatir, dan reaksi emosional lainnya. Namun, cobalah untuk rileks dan percaya pada tim perawatan kesehatan Anda. Dengan kehamilan berisiko tinggi berarti Anda memerlukan perawatan khusus sebelum, selama, dan setelah melahirkan.
Rutin melakukan pemeriksaan USG prenatal dan pemantauan yang lebih cermat atau menerima perawatan selama kehamilan dapat menjaga Anda dan bayi Anda tetap sehat. Mendapatkan perawatan prenatal yang menyeluruh dan sering adalah kunci keberhasilan kehamilan berisiko tinggi. Pastikan untuk tetap berkomunikasi dengan penyedia layanan kesehatan Anda untuk mengurangi risiko komplikasi.
Sumber: Tim Redaksi Mediakom
sehatnegeriku.kemkes.go.id