Makkah, 20 Juni 2022
Jemaah haji menempuh perjalanan yang cukup panjang untuk sampai ke tanah suci. Setidaknya dibutuhkan 9-12 jam penerbangan dari embarkasi sampai ke Madinah atau Jedah, begitu pun sebaliknya saat kepulangan nanti.
Panjangnya waktu perjalanan dan kondisi lingkungan udara yang berbeda dengan lingkungan daratan akan berpengaruh pada kondisi kesehatan jemaah haji.
Tim dokter Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah, dr. Itah Sri Utami, Sp.KP seorang dokter Spesialis Kedokteran Penerbangan menyampaikan ada beberapa faktor risiko yang bisa dialami jemaah selama dalam perjalanan udara, diantaranya adalah dehidrasi, gangguan pernapasan , sinusitis, , gangguan kardiovaskuler, deep vein thrombosis akut dan lain-lain.
Deep Vein Thrombosis bisa saja menjadi salah satu faktor risiko terjadinya kematian jemaah selama penerbangan. Apalagi jemaah kita banyak yang memiliki komorbid seperti gangguan kardivaskuler dan diabetes melitus ” jelas dr. Itah
Deep Vein Thrombosis/ DVT adalah kondisi terjadinya penggumpalan atau pembekuan darah di pembuluh darah vena, biasanya muncul di area betis dan paha. Kondisi ini tidak dapat dianggap sepele karena dapat saja menyebabkan kematian. Kematian terjadi akibat emboli pada pembuluh darah yang menggumpal.
Beberapa gejala yang harus diwaspadai, lanjut dr. Itah adalah bengkak di area tungkai. Kemudian adanya nyeri atau kram, serta kesemutan.
Menurut dr. Itah, salah satu tindakan pencegahan yang bisa dilakukan adalah dengan penggunaan Stocking pressure atau kaus kaki elastik tekan.
“Kalau kita naik pesawat dalam kondisi statis,kurang dalam pergerakan hanya duduk saja di kursi penumpang tanpa melakukan mobilisasi (berjalan atau melakukan peregangan dalam pesawat) dapat terjadi risiko penggumpalan darah ditungkai. Tapi kalau kita gunakan stocking pressure, metabolisme aliran darah akan lebih lancar keatas, tidak menumpuk di tungkai” jelas dr. Itah
Oleh karenanya selain penggunaan stocking pressure, jemaah juga disarankan juga untuk melakukan mobilisasi seperti senam peregangan, tambahnya.
Selain itu, jemaah juga diminta untuk mempersiapkan tubuhnya untuk siap dan sehat berhaji. Salah satu caranya adalah segera berkonsultasi dengan dokter segera setelah mendapatkan nomor porsi atau nomor antrian keberangkatan.
“Sehingga jika memang ada komorbid, jemaah sudah terbiasa untuk minum obat secara rutin untuk mengurangi risiko penyakit yang diderita” tutupnya.
Hotline COVID-19 - 119 ext 9
Sumber: https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/
"Selama pencanangan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) diharapkan orang tua segera membawa anak ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat atau pos pelayanan imunisasi untuk mendapatkan imunisasi rutin. Pemberian imunisasi terbukti melindungi anak-anak dari penyakit berbahaya sehingga anak lebih sehat dan lebih produktif"
"Masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan dengan melakukan serangkaian pencegahan agar terhindar dari penyakit Hepatitis akut misterius, seperti mencuci tangan pakai sabun, memasak makanan dan minuman hingga matang, menggunakan alat makan yang bersih, dan menghindari kontak dengan orang sakit. Selain itu, Jika (Anak) mengalami gejala yang mengarah ke Hepatitis Akut, segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat"
“Belajar dari sejarah pandemi yang pernah terjadi di dunia, transisi menuju endemi dilakukan saat masyarakat sudah mulai menyadari bagaimana caranya melakukan protokol kesehatan yang sehat pada diri dan keluarga. Dan hal tersebut memerlukan edukasi dan penerapan secara bertahap”
Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin menginisiasi adanya transformasi di bidang kesehatan dengan menetapkan 6 jenis transformasi yang akan dilakukan, yakni transformasi Layanan Primer, Layanan Rujukan, Sistem Ketahanan Kesehatan, Sistem Pembiayaan Kesehatan, SDM Kesehatan, dan Teknologi Kesehatan.
Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin menyebutkan kebijakan pelonggaran yang dikeluarkan pemerintah tetap harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Mengingat saat ini dunia belum sepenuhnya terbebas dari COVID-19, sehingga potensi penularan itu tetap ada.
“Masalah (Pandemi Covid-19) ini terjadi di seluruh dunia, dan hanya akan bisa selesai kalau kita bersama-sama menanganinya. Sehingga memang kebersamaan, kegotong-royongan, inklusifitas bukan eksklusifitas bagaimana kita membangun gerakan masyarakat, itu yang harus menjadi prioritas kita. Dan agar gerakan tersebut terjadi harus ada rasa trust dari seluruh stakeholder”
“Untuk memberikan jaminan kepada masyarakat bahwa vaksin (Covid-19) ini aman, sudah dilakukan uji klinis, sudah dilakukan kegiatan real vaksinasinya, sehingga masyarakat semakin percaya bahwa program vaksinasi ini sebenarnya baik untuk dilakukan secara luas”
Makkah, 3 Juli 2022
Wakil Menteri Agama Indonesia Dr. H. Zainut… read more
Makkah, 3 Juli 2022
Kepala Pusat Kesehatan Haji dr. Budi Sylvana,… read more
Makkah, 2 Juli 2022
Suhu panas dengan kelembaban yang rendah di… read more